Rabu, 04 November 2009

cerpen

Kabut cinta pemuda yang lumpuh


Posting cerpen by: t_hernanto

Kala cinta harus berkata yang terasa hanya kenangan belaka. Lamunan dan hayalan hanya sebagai peneman tidur yang akan bertukar dengan mimpi yang indah. Senyuman yang terpancar hanya sebagai penghias wajah. Mentari yang bersinar hanya akan membantu aku untuk menceritakan kisah-kisah hidupku.Biar bintang-bintang menghiasi malam namun malamku begitu kelam, hingga sinar-sinnarnya akan hilang tertukar kegelapan hatiku. Hidup yang penuh dengan bunga-bunga indah seakan bertukar dengan duri-duri sang mawar yang tiap saat menikam kulitku.

Aku seoarang pemuda yang sudah mulai menggerti cinta, memahaminya, dan merasakanya. Namun semua itu hanya aku tata rapi didalam hatiku. Aku tutup dengan aliran darahku hingga setiap kali hatiku terasa panas, darahku akan mengalir menyejukanya. Aku pernah jatuh cinta bahkan cintaku pernah terbalas. Bagiku kisah itu adalah kisah yang paling indah dalam hidupku. Seorang bidadari datang dan memberi aku berjuta kebahagiaan. Memberi air kehidupan yang menyejukan hatiku.Takdir yang telah memisahkan kami. Memberikan aku luka yang lebih sulit aku lupakan.Namanya Tia, gadis kecil yang baik hati. Seseorang yang pernah mengisi hari-hariku. Aku masih ingat pertama kali dia menyetakan cinta padaku yang aku balas dengan curahan air mata. Aku tersentuh oleh keindahan kata yang keluar pelan. Memeluk wanita untuk pertama kali dalam hidupku. Tia adalah seorang wanita cantik yang tinggal dekat rumahku, dia keturunan orang berada di komplek aku yang setiap saat akan mengendap-endap masuk kamarku. Enam bulan bulan aku telah hidup dalam lautan cintanya. Malam2 kami hiasi dengan pertemuan.
Teringat jelas ketika dia biLang “ sayang biar ada seribu kumpang yang akan hinggap di kelopak bungamu ini, biar ada seribu kumpang yang berkakikan emas yang memohon untuk hingap di kelopak bungamu ini, satupun dari antara mereka tidak akan ijinkan. Karma aku telah memiliki kumbang yang berhatikan emas”kata itu telah aku simpan dalam hatiku, dan akan terucap dalam hatiku setiap kali aku mau memejamkan mata. Kisah cinta itu harus terputus saat orang tua tiA mengetahu bahwa putrinya telah jatuh cinta pada seorang yang tak punya kaki.Malam itu tia datang dan masuk kekamar aku lewat jendela. Aku buka dan aku melihat senyum manis sang bidadariku. “ boleh masuk kan sayang”katanya pelan. Sambil memutar balik kursi rodaku aku berucap” masuklah aku menunggumu dari tadi!!”Tia masuk dan duduk di tepi ranjangku.”sayang dah mau tidur?” katanya pelan.” Tanpa menunggu jawaban dia memegang tanganku.
Tersa tanganya kirinya mengangakat bahuku. Aku ditariknya dari kursi roda dan aku berbaring menghadap kearahnya.“maaf aku telah merepotkanmu” kataku pelan sambil memandangi diding kamarku. “tidak apa2, aku malah senang jika bersamamu. Karma aku mencintaimu”.Katanya sambil duduk di tepi kasurku.Aku memutar tubuhku kearah jendela hinnga aku membeakanginya “ suatu saat kau harus meningalkanku dan melupakanku, aku lumpuh dan kau harus hidup bersama orang yang bisa membahagiakanmu”kataku. “yang bisa membahagiakanku hanya kamu Ben, kau yang akan memberiku arti hidup, aku tak butuh apa-apa selain hatimu, selain cintamu, aku akan hidup demi kamu dan kamu harus hidup demi aku. Jangan pernah katakana hal itu lagi ben, aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku.”Aku berputar kugengam tanganya “ aku mencintamu juga dan , aku sayang kamu lebih dari apapun, aku ingin kau selalu menimani hari-hariku. Tapi aku takut aku akan mengecewakanmu.” Tia membalas gengamanku, dia memandang mataku mataku, menyentuh bibirku dan aku kecupan pertama. Kecupan bibir terindah dalam hidupku.
Saat wajahnya mendekat aku merasa tetesan air matanya berjatuhan di atas mataku hingga air matanya mengalir bersatu bersama air mataku. Kala aku sedang terbuai dalam indahnya cinta, tiba2 pintu kamar diketuk. Suara yang sangat keras telah memberitahuku bahwa sang gadis dalam bahaya.” Bapakku…bappakku…”kata tia denga sangat pelan.” Aku terduduk di atas ranjangku. Tanpa banyak kata Tia langsung bersembunyi di bawah kolong tidurku. Dengan pelan-pelan aku mencoba menaiki kursi rodaku. Setelah itu aku menuju pintu dan membukanya. Bentakan demi bentakan. Hinaan demi hinaan terucap dan melekat ditelingaku. Pak bahyu ayahnya tia langsung mengamuk dan mencari-cari tia. Dia memegang leherku dan mengancam akan membunuhku kalau aku tetap berhubungan dengan tia.” Tia dimana? Bentaknya. Papaku datang menghampirinya.” Heh bung… jangan asal nuduh aja, anakmu tak ada disini. Cepat kau keluar atau kau akan kuhajar disini.
Suasana makin panas saat mamanya tia datang dan menendang kursi rodaku hingga aku terbalik.”kau piker aku tidak tahu kalau anakmu yang tidak berkaki ini sedang memelet putriku. Sekarang cepat dimana Tia kau sembunyikan, kau pasti suadh main dukun ya..” hinaan demi hinaan terdengar nyaring dari kamarku. Mendengar itu mama kau tak kuat dengan cepat tanganya mendarat di wajah mamanya tia sambil berkata” jangan sembarang ngomong. Aku tahu kau punya segalanya, anakmu cantik2 kau punya hharta, namun kau tak punya hati. Suasana semakin tidak tenang saat mamaku bertengakar mulut dengan mama tia. Hingga akhirnya hal yang paling aku benci pertengkaran pun dimulai. Aku melihhat papaku membawa golok dan mendarat di tangan papanya pia. Dan diwaktu bersamaan mamanya tia memukul kepala mamaku dengan kursi hingga mama terjatuh dan pingasn.Teriakan terdengar dari dalam kamarku. Tia kelura dari kolong tidur dan melihat semua kejadian itu.
Darah mengalir dari tangan ayahnya yang hamper putus dan dari kepala mama aku. Aku bergerak nyesot kea rah mamaku yang telah terpapar tak berdaya. Sementara itu ayah lari setelah sadar apa yang ia lakukan. Aku menjerit di tengah jeritan tia yang memeluk ayahnya. Mamanya tia mendorong tia dengan keras hingga kepalanya terbentur kedinding. Tiba2 warga berdatangan setelah mendengar teriakan kami. Banyak diantara mereka yang menyalahkan aku dan mengutuk ayahku tanpa memperhatikan ibuku yang masih terkapar tak berdaya. Tia bangkit dengan kepala pecah dan berusaha menolong ayahnya. Namun mamanya mendorongnya untuk yang kedua kalinya, hingga dia benar2 pingsan. Aku melihat mereka menolong papanya pia dan menbawanya kerumah sakit, sementara itu sebagian warga mengangkat tubuh tia dan tia dibawah kerumahnya.
Sementara itu mama aku masih pingsan. Aku mencoba memeluk ibuku, membiarkan air mata membasahi tubuhnya. Semua warga telah pergi. Tidak ada satu orang pun yg mau menolong kami. Bahkan mereka pergi sambil mengihana dan berkata bahwa aku adalah pemelet yang lumpuh. Aku hanya mampu terdiam untuk berdiripun aku tak bisa apalagi untu mengangkat tubuh ibuku. Kulita jelas air mata ibu mengalir. Aku memeluknya denga keras” maafkan aku bu…bu..bangun…” aku berusa meminta tolong denga teriakan yang sangat keras, namun tak seorangpun datang untuk memberi pertolongan. Tiba-tiba aku merasa tangan ibuku bergerak. Matanya terbuka pelan..” buuubuuu’’’bangun buuu” kataku. Ibu tersenyum “ kau adalah anugrah terindah yang aku miliki BENTRA, mama tidak pernah menyesali kehadiranmu, bahkan mama sangat bersyukur punya anak berhati emas sepertimu. Maafkan mama yang telah melahirkanmu seperti ini,” aku memeluk tubuh ibuku, dan ketika aku melepaskanya kujumpai tubuh ibuku elas lemas.
Dan disitulah aku berteriak sekeras-kerasnya. Berteriak memohon keadilan tuhan. Berteriakkkk menolok takdir hidupku,,, ibuku telah pergi untuk selamaya. Itu hal terakhir yang aku ingat. Saat aku terbangun aku melihat seorang ibu duduk dekat aku. Ibu itu adalah tetangga kami yang baru pulang dari luar kota. “Kau da sadar ben ?, kau mau makan, atau minum biar tante ambil.,” kata itu tergiang dikepalaku, aku seakan mau bertanya tentang ibu dan ayahku namun aku tak bisa bicara. Aku mncoba berbicara namun selalu gagal. Aku memandang kearah ibu itu dan mengelengka kepala.” Ben kau sehat kan ?” kata ibu itu dengan panik. Aku membalas dengan angukan kepala, air mata masih saja membasahi pipiku. Aku mencoba beranya lagi namun aku gagal. Akhirnya aku sadar aku tak bisa bicara lagi, aku mencoba mengisyaratkan bahwa aku mau menulis sesuatu. Dan ternyata ibu itu mengerti.
Dia mengembil pulpen dan sebuah buku dari atas mejaku. “bu.critakan apa yang terjadi”.Kutuliskan dalam buku itu.Ibu memandang jauh kearah mataku. Terlihat air matanya mengalir disaat dia mulai bicara. Dia bercerita bahwa ibuku telah dikubur 2 hari yang lalu setelah ditemukan terkapar di dekat aku.
Sedangkan ayaku harus ditahan di penjara demikian juga dengan ibunya tia. Mereka harus ditahan karna kejadiaan itu, ayahnya tia harus dibawah keruamah sakit dan dia harus pindahkan lagi kerumah sakit jiwa setelah lukanya benar-benar sembuh. Sedangakan tia kekasih hatiku di temukan tewas dikamarnya setelah menenngak racun tikus. Aku melihat ibu bergeser dan mengambil secarik kertas dari kantong celananya.
Buat kekasih hatiku.
Maaf aku harus pergi.
Maaf aku harus meningalkanmu.
Hatiku dan juga cintaku akan abadi bersamamu.
Aku berjanji saat aku akan diadili sang penguasa.
Kan kusebut namamu.Hingga dia akan menguba hidupmu. BENTRA aku mencintaimu.
Semoga kamu selalu bahagia.
Itulah yang aku ketahui, semuanya terjadi begitu saja tanpa memberiku waktu untuk berpikir. Kini aku hidup sendiri di sebuah panti di kotaku. Hidup dengan kekecewaan akan kejamnya takdir. Aku mencoba menerawang kedalam setiap hati.
Dan satu yang aku ketahui mulutku tidak akan pernah terbuka lagi, demikian juga dengan hatiku. Hari-hariku hanya aku isi dengan kenangan bersama Tia sang kekasih. Tiap saat hanya bersama bayangan wajahnya. Buku diary yang selalu menghibur hatiku. Kini aku benar-benar sendiri dengan mulutku yang tetutup rapat. Aku sadar inilah akhir hidupku., akhir dari kejamnya takdir yang menemaniku selama ini. Kini di masa mudahku aku mengerti aku tidak akan mengenal cinta lagi.
Dimasa mudaku kukubur perasaan cinta yang tuhan anugrahkan kepadaku, sebab cinta itu hanya menimbulkan kepedihan. Aku tahu tidak akan ada wanita yang mencintai laki-laki lumpuh dan bisu seperti aku selain tia. Kugerkan kursi rodaku dan aku mulai menulis buku diaryku Biar dia anugrah terakhir.
Biar dia bintang yang telah redup.Biar dia mawar yang telah layu.
Namun ada sinar dan wanggi yang indah terpancar darinya.
Teringa senyuman dan kedipan matanya.Jiwaku ergelora saat dia mengengam tanganku.
Tia sang kekasih aku mencintamu.